MAKALAH MESIN
DESTILASI MINYAK CENGKEH
MUHAMAD IKHWANUL KIROM
07/2T4
SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN ) TEMANGGUNG
2013/2014
Cengkeh
Cengkeh
berasal dari kuncup bunga kering Eugenia caryophllus (sprengel)
Bullock et Harison (E. caryophylato Thunberg) Fam Myrtaceae. Cengkeh
dimanfaatkan sebagai karminatif atau zat aromatik yang membantu meredakan kolik
dan flatulen (adanya gas dalam lambung dan usus) dan sebagai bumbu.
Minyak
cengkeh merupakan minyak menguap yang didestilasi dengan uap air dari kuncup
bunga kering Syzqium aromaticum (L) Mere.et.L.M.Perry, mengandung tidak lebih
dari 85% volume total substansi fenolik, eugenol utama. Minyak
cengkeh mengandung eugenol bebas 70-95% eugenol asetat dan 5-8% β-caryophylli.
Minyak
cengkeh ini tergolong dalam perasa / bumbu. Biasanya bekerja sebagai
obat sakit gigi yang digunakan dalam pengobatan rongga gigi secara
topical. Minyak cengkeh dapat sebagai antiseptik. Obat
yang dipakai untuk menimbulkan suatu reaksi menghadapi suatu penyakit atau
infeksi dan karminatif. Minyak dengan kandungan eugenol yang tinggi
ni digunakan dalam produksi perdagangan vanilin.
METODE
MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI:
1.
Destilasi atau Penyulingan.
Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing-masing
komponen dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari
simplisia. Namun demikian, pembuatan minyak atisiri dengan cara penyulingan
mempunyai beberapa kelemahan:
·
tidak baik terhadap beberapa
jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya panas dan air.
·
Minyak atisiri yang mengandung
fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air dan panas.
·
Komponen minyak yang larut dalam
air tidak dapat tersuling.
·
Komponen minyak yang bertitik
didih tinggi yang menentukan bau wangi dan mempunyai daya ikat terhadap bau,
sebgaian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.
Jenis-jenis
destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu: destilasi air, destilasi uap
dan air, dan destilasi uap.:
a.
Destilasi air
Pada destilasi
air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan air mendidih. Simplisia
yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus halus dididihkan
dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa minyak yang
belum murni ditampung. Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk
simplisia kering yang tidak rusak dengan pendidihan. Penyulingan air
biasa digunakan untuk menyari minyak atsiri yang tahan panas dari
grabahan maupun bahan yang berkayu dan keras.
Keuntungan
metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika diperhatikan suhu tidak
terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah diperoleh, dan mudah pengerjaannya.
Kerugian
dari metode ini adalah: tidak semua bahan dapat dilakukan
dengan cara ini (terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang larut dalam
air, dan bahan yang mudah hangus), adanya air sering menyebabkan terjadinya
hidrolisis, dan waktu penyulingan yang lama.
b.
Destilasi uap dan air
Penyulingan
degnan cara ini memakali alat semacam dandang. Simplisia diletakkan
di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan bawah. Uap
dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang diperoleh belum
murni. Cara ini baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak
pada pendidihan. Untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada
pendidihan. Untuk simplisia kering harus dimaserasi lebih dulu,
sedangkan untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu dimaserasi. Cara
penyulingan ini banyak dilakukan sebagai industri rumah, karena peralatan mudah
didapat dan hasil yang diperoleh cukup baik.
Kerugian cara
ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat tersuling
sehingga hasil penyulingan tidak sempurna (masih banyak minyak yang tertinggal
di ampas).
c.
Destilasi uap.
Minyak atsiri
biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada bagian tanaman yang mengandung
minyak. Metode penyulingan ini tergantung pada kondisi bahan tanaman
Penyulingan
dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya bertekanan lebih dari 1
atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap. Peralatan yang dipakai
tidak berbeda dnegn penyulingan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan
untuk memeriksa suhu dan tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan
degnan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan
tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan dengan baik, dengan cara
ini akan diperoleh minyak yang lebih banyak. Cara ini bisa juga
digunakan untuk membuat minyak atisiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya
mengandugn komponen minyak yang bertitik didih tinggi. Penyulingan
ini dapat digunakan utnuk membuat minyak cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar
wangi, minyak sereh, minyak kayuputih, dll.
Keuntungan dari
cara ini adalah: kualitas minyak yang dihasilkan cukup
baik, tekanan dan suhu dapat diatur, waktu penyulingan pendek, hidrolisis tidak
terjadi.
Kerugian metode
ini yaitu: peralatan yang mahal dan memerlukan tenaga ahli.
Selain
penyulingan dengan cara di atas, dikembangkan juga cara sebagai berikut:
·
Penyulingan dengan air dan
penyulingan dengan uap disertai dengan pengurangan tekanan.
Pengurangan
tekanan akan memperpendek waktu penyulingan pada tekanan 1
atmosfir. Keuntungan utama dengan cara ini ialah minyak atsiri yang
diperoleh berbau sama dengan bau aslinya, karena penyulingan dilakukan pada
suhu kurang dari 70oC (biasanya pada suhu 50oC) hingga
penguraian karena suhu tinggi dapat dihindari. Kelemahannya, alat
yang dibutuhkan mahal.
·
Penyulingan dengan air dan
penyulingan dengan uap disertai penaikkan tekanan.
Penyulingan
dengan uap dengan menaikkan tekanan, baik dilakukan untuk simplisia yang keras
sepeti kayu, biji, kulit kayu. Dengan penyulingan ini akan diperoleh
minyak lebih banyak dan akan memperpendek waktu penyulingan. Kerugian
degnan penyulingan ini ialah terjadi peruraian minyak atisiri sehingga berbeda
dengan bentuk aslinya dan diperoleh lebih sedikit dibanding dengan cara lain.
Tanaman
yang mengandung minyak atisiri bertitik didih rendah, lebih baik disuling
dengan tekanan kurang dari 1 atmosfir sedangkan yang mengandung minyak bertitik
didih tinggi dapat dengan penyulingan uap bertekanan lebih tinggi dari 1
atmosfir.
Dalam metode
penyulingan uap langsung (direct steam destillation) ang dapat dipakai pada
obat-obatan tanaman segar (peppermint, spearmint), hasilnya dipotong dan
ditempatkan secara langsung ke dalam tangki penyuling logam pada truck
bed. Truck ini digerakkan pada shed penyuling dimana steam lines
ditempelkan pada bagian bawah tangki penyuling. Cara ini digunakan
untuk daun dan mengandung kadar minyak yang tinggi sehingga tidak perlu
maserasi. Uap ditekan melalui pipa dan membawa tetesan minyak
melalui pipa yang akhirnya melewati ruang pengembun.
Selama
penyulingan uap, komponen tertentu minyak atsiri dapat terhidrolisis, sementara
unsur lainnya dapat terdekomposisi dengan suhu udara tinggi. Metode
penyulingan ideal yang menggunakan uap harus memberikan tingkat difusi setinggi
mungkin dari uap dan air melalui membran tanaman sehingga hidrolisis dan
dekomposisi tetap minimal.
2.
Enflurasi
Enflurasi,
yaitu pengambilan minyak atsiri dari tanaman menggunakan lemak atau vaselin.
Seringkali
kandungan minyak atsiri dari bagian tanaman sangatlah kecil, misal pada mahkota
bunga. Cara yang bisa dilakukan dengan menghamparkan lemak (vaselin)
pada lapisan tipis pelat kaca. Mahkota bunga ditempatkan pada lemak
selama beberapa jam, kemudian diulangi yang baru beberapa kali. Setelah
minyak terserap dalam lemak padat tersebut, selanjutnya diekstraksi dengan
alkohol. Selanjutnya dipisahkan antara alkohol dan minyak
atsiri. Penyarian minyak atsiri dengan lemak padat tersebut dikenal
dengan enfleurage.
Bunga-bunga
tertentu seperti melati, mawar yang disuling akan menghasilkna minyak yang
tidak berbau sama dengan buanganya. Minyak atsiri dari bunga-bunga
tersebut di atas, dperoleh dengan cara:
a. Pembuatan
dengan lemak tanpa pemanasan (Enflurasi / enfleurage). Cara ini sudah
dilkukan sejak berabad-abad yang lalu secara primitif. Estela tanaman
dipetik tanaman tersebut akan meneruskan proses fisiologisnya dengan
mengeluarkan bau khasnya. Sesegera setelah bunga dipetik ditaburkan diatas
lemak, lemak mengabsorbsi minyak tersebut. Untuk memperbesar
absorbsinya permukaan lemak digores. Tiap 1 kg lemak diperlukan
bunga melati sebanyak 2,5 sampai 3 kg. Untuk seluruh proses
enflurasi memerlukan waktu 8 sampai 10 minggu. Lemak yang telah
jenuh dengan minyak menguap, dikerok dengan sudip, kemudian dilelehkan pada
tempat tertutup. Lemak tersebut kemudian diekstraksi dengan alkohol,
lalu didinginkan pda suhu rendah (kalau mungkin 15oC) untuk
memisahkan dari lemaknya, disaring, kemudian dipekatkan degna cara
penyulingan. Cara ini dilkukan hanya untuk bunga-bunga tertentu,
memerlukan waktu lama dan memerlukan banyak tenaga yang terlatih untuk
mengerjakannya. Walaupun dengan cara ini dapat menghasilkan minyak
yang lebih baik. Syarat lemak yang digunakan adlah tidak berbau dan
mempunyai konsistensi tertentu.
b. Pembuatan
dengan lemak panas.
Lemak
dipanaskan pada suhu lebih kurang 80oC. Bugna segar
dimaserasi dengan lemak panas tersebut selama 1,5 jam. Bunga tesebut
harus sering diganti dengan yang baru sampai tiap kg lemak kontak dengan 2 sd
2,5 kg bunga, kemudian dibiarkan selama lebih kurang satu jam dan disaring
melalui saringan logam. Untuk memisahkan lemak yang melekat, bunga
disiram dngan air panas kemunidan diperas dengan saringan kain. Air
akan mudah dipisahkan dari lemak tersebut. Selanjutnya seperti cara
enflurasi pada point a.
3.
Ekstraksi dengan pelarut minyak
atsiri
Prinsip
dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atisiri yang terdapat dalam
simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap. Simplisia
diekstraksi dengan plarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar,
kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan yang dikurangi. Dengan cara
ini diperlukan banyak pelarut sehingga biaya cukup mahal dan harus dilakukan
oleh tenaga ahli. Sebagai pelarut biasanya dipakai eter minyak
tanah.
Pelarut
yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
§ Melarutkan
sempurna komponen dari minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman.
§ Mempunuyai
titik didih rendah.
§ Tidak campur
dengan air.
§ Inert, tidak
bereaksi dengan komponen minyak atsiri.
§ Mempunyai satu
titik didih, bila diuapkan tidk meninggalkan sisa.
§ Harga murah.
§ Bila mungkin
tidak mudah terbakar.
Pelarut
yang paling banyak digunakan adalah eter minyak tanah. Alkohol tidak
baik digunakan karena alkohol melarutkan air yang terdapat dalam tanaman. Untuk
simplisia tertentu alkohol menghasilkan bau yang tidak enak. Alkohol
baik digunakan untuk simplisia kering. Sari yang diperoleh dikenal
dengan nama tingtur yang banyak digunakan untuk sediaan farmasi. Ekstraksi
dengan pelarut mudah menguap, banyak banyak digunakan di berbagai
negara dan secara umum dapat dipakai untuk sediaan farmasi. Ekstraksi
dengan pelarut mudah menguap, banyak digunakan di berbagai negara dan secara
umum dapat dipakai untuk bermacam simplisia dan diperoleh minyak
atsiri sesuai dengan aslinya.
Ekstraksi
dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang
mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air. Cara ini baik untuk
mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan, misal: bunga cempaka,
melati, mawar, dll.
Cara kerja
ekstraksi dengan pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan
bahan yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor khusus dan kemudian
ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar, dengan menggunakan
petroleum eter sebagai pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam
bahan dan melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan albumin
serta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dipompa ke dalam
evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah. Setelah semua
pelarut diuapkan dalam keadan vakum, maka diperoleh minyak bunga yang
pekat. Suhu harus tetap dijaga tidak terlalu tinggi selama proses
ini. Dengan demikian uap aktif yang terbentuk tidak akan merusak
persenyawan minyak bunga. Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga
hasil penyulingan, maka minyak bunga hasil ekstraksi menggunakan pelarut lebih
mendekati bau bunga alamiah. Semua minyak yang diekstraksi dengan
pelarut menguap mempunyai warna gelap, karena mengandung pigmen alamiah yang
bersifat tidak dapat menguap. Sebaliknya hasil penyulingan uap,
umumnya berwarna cerah dan bersifat larut dalam alkohol 95%.
Dalam industri
parfum, sebagian besar produksi minyak atsiri modern dilakukan dengan
ekstraksi, dengan menggunakan sistem pelarut yang berdasar pelarut yang mudah
menguap seperti eter minyak tanah. Keuntungan utama ekstraksi adalah
suhu yang bisa dipertahankan kurang lebih 50oC selama proses. Hasilnya
minyak atsiri yang didapat mempunyai bau yang lebih alami yang tidak dapat
ditandingi minyak suling. Hal ini karena selama penyulingan, dengan
suhu yang tinggi, dapat mengubah konstituen minyak atsiri. Namun
demikian, metode penyulingan operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan
proses ekstraksi.
Simplisia
dimasukkan ke dalam ekstraktor dan selanjutnya pelarut oraganik murni
dipompakan ke dalam ekstraktor. Pelarut organik akan menembus ke
dalam ekstraktor. Pelarut organik akan menembus ke dalam jaringan
simplisia dan akan melarutkan minyak serta bahan lainnya seperti dmar dan
lilin. Komponen tersebut merupakan pengotor, dan dipisahkan dengan
cara penyulingan pada suhu rendah dan tekanan rendah. Dengan cara
penyulingan ini diperoleh campuran pelarut dan minyak atsiri disebut concrete.
Pemurnian concrete (pelarut
+ minyak atsiri) ini dilakukan dengan melarutkan dalam alcohol,
diambil fase alcohol. Fase alcohol ini didinginkan 0oC,
diperoleh minyak atsiri dalam alcohol dan lilin. Dilakukan
penyaringan terhadap campuran ini, diambil fase minyak atsiri dalam
alkohol. Untuk memisahkan alkohol dan minyak atsiri, dilakukan
penyulingan pada tekanan dan suhu rendah, akan diperoleh alkohol dan minyak
atsiri murni.
4.
Pengepresan
Pembuatan
minyak atsiri dengan cara pengepresan (ekspresi) dilakukan terhadap bahan
berupa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk
jenis Sitrus, karena minyak atsiri dari jenis tanaman tersebut akan mengalami
kerusakan bila dibuat dengan cara penyulingan. Cara ini juga
digunakan untuk mengambil minyak atsiri dari biji.
Berdasar
tipe alat ekspresi dibedakan menjadi 2 macam yaitu hidraulic expressing, dan
expeller expressing.
5.
Hidrolisis glikosida
Dilakukan
hidrolisis untuk memecah menjadi aglikonnya (minyak atsirinya). Contoh
minyak atsiri yang diperoleh dengan cara ini hádala minyak mustar, diperoleh
dengan hidrolisis enzimatis dari glikosida. Dalam biji
mustar hitam, glikosida sinigrin, dihidrolisis oleh myrosin dengan menghasilkan
minyak mustar. Biosintesis terjadinya hidrolisis dapat dilihat dalam
pembahasan glikosida, sub bab glikosida alil isotiosianat.
6.
Ecuelle.
Beberapa minyak atsiri tidak
dapat disuling tanpa terjadi dekomposisi, jadi dilakukan cara yang lain yaitu
pengepresan (expression) misalnya minyak lemon dan minyak jeruk. Di
Amerika Serikat, metode umum mendapat citrus oil meliputi menusuk kelenjar
minhyak dengan menggulingkan buah di atas sebuah bak yang dilapis dengan
duri-duri yang tajam guna merembeskan kulit ari dan menembus
kelenjar minyak yang ditempatkan di bagian luar kulit. Cara ini
disebut dengan metode ecuelle. Langkah menekan pada buah
menghilangkan minyak dari kelenjar dan semprotan air membasuh minyak yang masih
melekat pada kulit sementara ampas tersaring melalui tabung pusat yang membuang
bagian tengah buah. Emulsi minyak-air yang dihasilkan dipisahkan
dengan sentrifugasi.
PEMURNIAN
Minyak
yang dihasilkan dari penyulingan tanaman pada umumnya tidak murni karena maíz tercampur
dengan minyak lain yang berasal dari tanaman sendiri atau dengan hasil
penguraian componen tanaman yang disebabkan proses penyulingan.
Untuk
memperoleh minyak yang murni perlu dilakukan prosese pemurnian. Proses
pemurnian dapat dilakukan dengan:
a. Penyulingan
kembali
Penyulingan
kembali bertujuan untuk meisahkan componen yang muda menguap dari componen yang
tidak mudah menguap seperti logam berat yang menyebabkan minyak berwarna lebih
gelap dan debu halus yang terbawa oleh uap atau uap air pada waktu penyulingan.
b. Penyulingan
bertingkat
Penyulingan
ini bertujuan untuk memisahkan minyak berdasarkan perbedaan titik
didih. DIlakukan penyulingan dengan pengurangan tekanan. Di industri
minyak atsiri dilakukan penyulingan pada tekanan tidak lebih dari 5-10 mm
Hg. Untuk minyak-minyak yang bertitik didih tinggi dapat dipakai
tangas air.
c. Penurunan suhu.
Penurunan
suhu untuk menghablurkan hasil sampingan dari minyak atsiri yang berupa senyawa
hidrokarbon yang teroksidasi.
d. Penghabluran
bertingkat
Penghabluran
bertingkat dilakukan dengan penambahan dengan bermacam-macam pelarut yang
cocok, pada penambahan tersebut akan menghasilkan hablur secara bertingkat.
e. Menghilangkan
komponen dengan reaksi kimia.
Komponen
yang tidak dikehendaki dihilangkan dengan reaksi kimia. Asam-asam
bebas dapat dihilangkan degnan natrium karbonat, basa dengan asam hidroksida,
fenol dengan natrium hidroksida, aldehida dengan natrium bisulfat, dll.
Daftar pustaka
0 comments:
Post a Comment