PERANAN
PENYINARAN (IRADIASI)
FOOD
PRESERVATION
DISUSUN OLEH :
Ø Muhamad Ikhwanul Kirom ( 07 | 2TPHP4 )
SMK
NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
Jl.
Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104 Telp.(0293) )
4901639
Temanggung
5221
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Pendahuluan
Radiasi
dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi
dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya,
tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan
residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Menurut
Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk
penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.
Penggunaan
radiasi untuk pengawetan pangan mulai di pelajari secara intensif sejak tahun
1950 di Amerika Serikat dan beberapa negara eropa yang kemudian diikuti oleh
beberapa negara lain di dunia. Perhatian dunia yang demikian besar disebabkan
pengawetan dengan iradiasi ternyata mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan,
bila dibandingkan dengan dengan proses pengawetan lain yang dikenal selama ini.
Sifat-sifat sinar gama, sinar X, atau sinar elektron yang digunakan dalam proses
ini mempunyai daya tembus besar serta merupan proses yang tidak menimbulkan
perubahan suhu pada bahan pangan yang diradiasi (Maha, 1981). Sifat ini
menyebabkan dapat digunakan untuk pengawetan baha pangan yang telah dikemas
dalam bentuk kemasan akhir atau bahan yang telah dibekukan, sehingga
penggunaannya lebih praktis. Disamping itu mutu dan kesegaran bahan pangan
tidak berubah karena suhu tetap, dan tidak menimbulkan residu zat kimia
pada bahan pangan atau polusi pada lingkungan (Goresline, 1973).
Pada
pengawetan pangan dengan cara penyinaran perlu dibedakan antara istilah
irradiasi dan radiasi. Yang dimaksud dengan irradiasi adalah penggunaan enersi
untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber radiasi buatan, sedangkan yang
dimaksud dengan radiasi adalah istilah umum yang biasa digunakan untuk semua
jenis enersi yang dipancarkan tanpa melalui media. Radiasi yang digunakan dalam
irradiasi pangan menurut spectrum elektromagnetiknya dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu radiasi panas dan radiasi pengion. Radiasi panas brasal dari
pancaran enersi elektromagnetik dengan frekuensi rendah (panjang gelombang
besar ). Radiasi pengion berasal dari gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi (panjang gelombang pendek). Radiasi panas dapat digunakan untuk penguapan air, atau pengeringan. Biasanya digunakan sinar infra merah. Radiasi panas dapat pula digunakan untuk pengendalian hama gudang.Penyinaran atau irradiasi juga disebut sebagai proses dingin, karena dalam penggunaannya, bahan pangan yang dsinari suhunya tidak berubah atau tidak terjadi kenaikan suhu yang nyata (4 oC). Karena itu irradiasi disebut juga dengan sterilisasi dingin ( “cold sterilization “).
besar ). Radiasi pengion berasal dari gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi (panjang gelombang pendek). Radiasi panas dapat digunakan untuk penguapan air, atau pengeringan. Biasanya digunakan sinar infra merah. Radiasi panas dapat pula digunakan untuk pengendalian hama gudang.Penyinaran atau irradiasi juga disebut sebagai proses dingin, karena dalam penggunaannya, bahan pangan yang dsinari suhunya tidak berubah atau tidak terjadi kenaikan suhu yang nyata (4 oC). Karena itu irradiasi disebut juga dengan sterilisasi dingin ( “cold sterilization “).
1.
Jenis
radiasi
Dua
jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah :
sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs
(caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan
listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama
terhadap makanan.
Radiasi
pengion mempunyai enersi lebih besar dibandingkan dengan radiasi panas, dan
sangat sedikit menimbulkan perubahan suhu serta mempunyai daya tembus yang
relatif besar. Radiasi pengion banyak digunakan untuk pengawetan, penelitian
serta pengolahan pangan dibandingkan dengan radiasi panas.
2.
Dosis
iradiasi
Menurut Hermana (1991),
dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan
dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap
jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang
diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika
dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima
konsumen
Tabel 5. Penerapan dosis dalam berbagai
penerapan iradiasi pangan
Tujuan
|
Dosis
(kGy)
|
Produk
|
Dosis rendah (s/d 1 KGy)
Pencegahan pertunasan
Pembasmian serangga dan parasit
Perlambatan
proses fisiologis
|
0,05 – 0,15
0,15 – 0,50
0,50
– 1,00
|
Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,
Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering,
ikan, daging kering
Buah
dan sayur segar
|
Dosis sedang (1- 10 kGy)
Perpanjangan masa simpan
Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen
Perbaikan
sifat teknologi pangan
|
1,00 – 3,00
1,00 – 7,00
2,00
– 7,00
|
Ikan, arbei segar
Hasil laut segar dan beku, daging unggas
segar/beku
Anggur(meningkatkan
sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)
|
Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy)
Pensterilan industri
Pensterilan
bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya
|
10
– 50
|
Daging,
daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril
|
1 Hanya digunakan untuk tujuan khusus.
Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis
ini.
3.
Prinsip
pengawetan
Sumber
iradiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron) mengenai bahan pangan.
Apabila hal ini terjadi maka akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan
komponen yang ada pada bahan pangan tersebut. Apabila perubahan terjadi pada
sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses terganggu
dan terjadi efek biologis. Efek inilah yang digunakan sebagai dasar untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan (Maha, 1981).
Prinsip pengawetan
pangan dengan cara iradiasi yaitu :
1. Penyinaran
dapat menghambat pertunasan pada umbi-umbian
2. Penyinaran
dapat memperlambat / menunda proses pematangan pada buah-buahan
3. Penyinaran
dapat menghambat aktivitas mikroba yang terdapat dalam bahan pangan
4. Penyinaran
dapat mnginaktifkan enzim-enzim
5. Penyinaran
dapat membunuh serangga / hama yang mnyerang bahan pangan di ruang penyimpanan
4.
Efek
pada produk makanan
Hasil
penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil
iradiasi (1 – 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.
Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika
tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan
oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980. Rekomendasi tersebut
menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman
untuk dikonsumsi manusia.
Penyinaran
dapat merusak sel-sel jaringan atau tenunan bahan pangan, misalnya :
·
Terhadap protein, penyinaran dapat
menyebabkan perubahan tekstur dan menimbulkan bau, rasa dan flavor yang tidak
disukai
·
Pada pigmen tertentu, penyinaran dapat
menyebabkan perubahan warna dari pigmen tersebut
·
Penyinaran terhadap lemak dapat
menghasilkan peroksida-peroksida, sehingga menimbulkan bau yang tidak disukai
·
Penyinaran dapat merusak beberapa
vitamin terutama vitamin A, C dan B 12
Tujuan
irradiasi pangan yaitu :
- Mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan
- Membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit yang terbawa oleh makanan
- Memperpanjang daya simpan
Penggunaan
irradiasi pangan :
- § Memperlambat pematangan pisang
- § Menghambat pertunasan kentang dan bawang
- § Mencegah kentang menjadi hijau
5.
Keunggulan
dan kelemahan
Ø Keunggulan
utama dari irradiasi adalah:
·
Tidak ada atau sedikit sekali
proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor
karakteristik makanan,
·
Dapat dilakukan pada makanan
kemasan dan makanan beku,
·
Dapat dilakukan pada makanan segar
melalui satu kali operasi dan tanpa menggunakan tambahan bahan kimia,
·
Hanya membutuhkan sedikit energi,
·
Perubahan pada aspek nutrisi
dapat dibandingkan dengan metoda pengawetan makanan lainnya, dan
·
Proses otomatis terkontrol dan
memiliki biaya operasi rendah.
Ø Kelemahannya,
yaitu:
·
Proses dapat digunakan untuk
mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang
tidak layak makan menjadi layak jual,
·
Jika mikro-organisme pembusuk
dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya
dari bentuk makanan,
·
Makanan akan berbahaya bagi
kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut
mengkontaminasi makanan,
·
Kemungkinan perkembangan resistensi
mikroorganisme terhadap radiasi,
·
Hilangnya nilai nutrisi makanan,
·
Sampai sekarang, prosedur analitik
dalam mendeteksi apakah makanan telah diirradiasi belum mencukupi,
dan resistensi publik disebabkan oleh kekhawatiran akan pengaruh
radioaktif atau alasan lain yang berhubungan dengan kekhawatiran terhadap industri
nuklir.
Faktor-faktor yang
perlu mendapat perhatian dalam melakukan penyinaran pangan adalah:
1. Dosis penyinaran yang digunakan
2. Lama penyinaran
3. Macam sumber penyinaran yang digunakan
4. Perlakuan pendahuluan dari bahan pangan yang akan disinari
5. Perlakuan lanjutan dari bahan pangan yang sudah disinari
6. Pemberian tanda pengenal dari bahan pangan yang telah disinari
6.
Kesimpulan
Pengawetan makanan
dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi
dosis yang sudah ditetapkan, yaitu sesuai
denganrekomendasi dari FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.
Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak
melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.
Teknik pengawetan dengan iradiasi dapat menjadi
salah satu alternatif pengganti pengawetan dengan bahan pengawet.
Perlu diadakannya sosialisasi pengawetan bahan
makanan dengan radiasi kepada masyarakat baik konsumen ataupun produsen makanan
meliputi keamanan penggunaan radiasi, kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat
mengurangi penggunaan bahan pengawet dalam produk makanan
DAFTAR PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment